MAKRIFAT DUNIA THAREQAT 2
Moch Djamhar Abdul Karim:
================
MAKRIFAT
DUNIA THAREQAT
================
Seri : Kedua
"Banyak juga Pastinya yg Bertanya-tanya Takala Seseorang itu Hendak Memasuki Dunia Thareqat, diantarnya Adalah Apakah boleh Seorang Murid Thareqat Tertentu Pindah kepada Thareqat yang Lain. Sebenarnya dari Kalam Banyak Ulama Thareqat Mengomentari Ttg Hal ini yg Marak Terjadi dan Para Ulama itu Menghukumi Haram Ttg Kepindahannya itu, Tetapi Pabila Ia Seorang Mukmin yg Tekun Maka Pindahnya ini diperbolehkan sebab Ia ndak Meninggalkan Thareqat Awal karena Kepindahannya itu. Seperti yg Tertulis didalam Kitab Al-fataawa Al-Hadiitsiyah Hal 50 Syekh Ibnu Hajar Al Haitami Berkata : *"Barangsiapa telah Menyatakan Baiat kepada Seorang Mursyid (Thareqat) dan Mampu melaksanakan Isi Baiatnya itu shg telah Mendapat Pancaran Rohani darinya itu maka Haram Baginya Meninggalkan Guru Mursyidnya Tersebut dan Beralih kepaa Gutu Mursyid yang Lain".* Sebab Tindakan spt ini dapat Melambatkan Perjalanan Spiritualnya, Berbeda Pabila Sang Murid itu Tingkat Spiritualnya sudah Melebihi Guru Mursyidnya itu maka diperbolehkan Ia Mencari Guru Mursyid yg Lebih diatasnya Lagi sebab Kalau Masih dibimbing oleh Guru Mursyid yg Awal itu Ia ndak Naik-naik Tingkat, Tetapi Tetap Menjaga Hubungan Baik kpd guru Mursyid Awalnya itu. Jadi Ingat, Bukan Acuannya itu Guru Mursyid Tetapi Acuannya itu Adalah Diri Sendiri sudah diatas Guru Mursyid or Belum. Dalam Kitab Majmu’atul Rosaa-il Hal. 114 Imam Al Ghozali Berkata : *"Ketahuilah bahwa Thareqat-Thareqat yang Ma’tsur, yang Masyhur, yang Sanadnya Bersambung dari Para Guru Thariqat Terdahulu sampai Belakangan Adalah seperti Empat Madzhab dalam Hal Perpindahan dari Satu Madzhab ke Madzhab yang Lain, yaitu Boleh, dengan Syarat bidang yang dimasuki oleh orang yang Berpindah madzhab itu harus Utuh dengan Senantiasa Menetapi Adab Tata Kramanya (dalam Berthareqat)"*.
"Seorang Guru Mursyid Boleh-boleh saja Melarang Muridnya itu Tuk Menerima Baiat dari Mursyid yg Lainnya Pabila Melarangnya ini Ada Kebaikan or Kemaslahatan Bagi Muridnya itu, sebab spt yg Tertulis dikitab Tanwiirul Quluub Hal. 536 Syekh Muhammad Amin Al Kurdi Berkata : *"Seorang Mursyid ndak Boleh Lengah didalam Membimbing Murid-muridnya kepada Apa yang Menjadikan Kebaikan bagi Diri Mereka".* Artinha ndak Boleh Lengah Adalah Seorang Mursyid harus Tahu Benar Ttg Kemaslahatan Murid-muridnya itu Bagaimana Mereka Lebih Mudah dan Lebih Cepat Perjalanannya kpd Alloh SWT. Adapun Mengenai Orang yang ndak Memiliki Sanad yang Bersambung kepada Rosululloh S.A.W. maka ndak diperbolehkan Tuk Mengajarkan or Mengijazahkan Sebuah Thareqat Kepada Siapapun Walaupun Thareqat itu Terkenal Mu'tabarohnya. Dalam Kitab Khoziinatul Asror Hal. 188 Tuan Syekh AQJ Berkata : *"Orang yg Silsilah (Sanadnya) ndak Bersambung kepada Nabi S.A.W. Itu (Cirinya Adalah) Terputus dari Pancaran Rohaninya dan Ia Bukanlah Pewaris Rosullulloh S.A.W. shg ndak diperbolehkan Tuk Membaiat dan Memberi Ijazah (Sebuah Awrod Thareqat kpd Siapapun)".* Dalam Kitab Ushuulut Thoriiq Hal. 89 : *"Semua Ulama Salaf Bersepakat bahwa orang yg Silsilahnya ndak bersambung kepada Guru-guru Thareqat dan ndak mendapat Izin Tuk Memimpin Umat di Majelis Thariqah, maka ndak diperbolehkan Menjadi Seorang Guru Mursyid, ndak boleh Membaiat, ndak boleh Mengajarkan Dzikir dan Amalan-amalan lain didalam Thareqat".* Dalam Kitab Tanwir al-Quluub Hal. 534 Syekh Amin Berkata : *"ndak diperbolehkan Menjadi Seorang Guru Thareqat dan Mursyid Terkecuali setelah mendapatkan Penempaan dan Izin (dari Guru Besar Kemursyidannya), sebagaimana Kata Para Imam, karena sudah Jelas bahwa Orang yang Menjadi Guru Thareqat Tanpa Mendapat Izin itu Sangat Besar Berbahayanya daripada Kemashlatannya (bagi Dirinya maupun Ummat), dan ia Memikul Dosa spt Pembegal (Pejagal Thareqat), serta jauh dari Derajat Murid yang Benar (Ash-Shodiq), Apalagi sampai pada Derajat Guru Thareqat yang Arif (Sangat Jauh)".*
"Adapun cara Merobithoh kpd Guru Mursyid yg Umum dari Bnyak Thareqat Adalah dgn Cara Tashowur Bishuurotis Syuyuukh yaitu Menggambarkan or Menghudhurkan Guru Mursyidnya diantara Kedua Matanya (Konsentrasi dgn Hening dan Penuh dgn Ketenangan), kemudian Hadapkan Jiwa Sang Murid (Bertawajjuh) kepada Rohaniyah Gurunya itu sampai Sang Murid Akhirnya Merasa Jauh dari Segala Duniawi, Artinya Ia sudah ndak dipengaruhi Lagi oleh Segala Ujian, Cobaan dan Hiruk Pikuk Keduniwian. Dalam Kitab Tanwiirul Quluub Hal. 518 Berpendapat Ttg Cara Robithoh Murid kpd Gurunya yaitu : *"Sang Murid Wajib Berusaha Memperoleh Pancaran Rohani dari Gurunya yang Sempurna shg Tenggelam didalam Sifat-sifat Ketuhanan didalam Dirinya itu dan sering Berkonsentrasi pada Wajah Gurunya (Tawajjuh) agar Rohani Murid Meningkat dan Semakin Kuat Pancaran Nurulloh yang diterima dari Gurunya itu yaitu pada saat ndak Bertemu secara Fisik seperti Bertemu secara Fisik saja shg Ia Merasakan Gurunya itu Benar-benar Hadir dan Merasakan juga Pancaran Nur pada Rohaninya".*
*Bersambung....
Komentar