MAKRIFAT RIYAA DIRI - 1
Moch Djamhar Abdul Karim :
==========
MAKRIFAT
RIYAA DIRI
==========
Seri : Kesatu
"Sepuluh Hari Kedua ini Para Sahabat MURRI Mengamalkan Sholawat Ummat 7 Hari dan QS. Al Ikhlas 3 Hari, Maka Sangatlah Tepat Saat ini Kita Kaji Ttg Sifat Riyaa Diri sbg Kebalikan dari Sifat Ikhlas Diri. Maka karena Pengajian Sifat Riyaa Diri ini Sangatlah Penting agar disave dan difahami Benar-benar supaya Praktekum Sehari-harinya Bisa dijadikan Warning Tuk Pepeling Diri".
Saudara-saudariKu,
“Pelajaran Akhlak ini sangat penting sekali tuk Kita sama-sama Ketahui agar ketika pengamalannya dikehidupan Nyata bisa diaplikasikan dengan Tepat Guna dan Tepat Sasaran”
“Kita semua tahu bahwa Insan yang ingin mencapai ke Hadhirat IlaaHi Robbi harus menghindarkan diri dari Sifat Riya yang letaknya didalam Dada (Ash Shodru) bagian Tengah Dada dekat dgn Sombong, Bangga Diri, Pamer, Merasa ini dan itu dan sejenisnya, karena Ia merupakan Racun yg sangat mematikan shg dapat meleburkan Pahala or pun Ibadah Apapun Jenisnya”.
“Pendorong Amal Perbuatan Manusia Umumnya Ada 2 hal, yaitu : Kepentingan Dunia dan Kepentingan Akherat. Ini sesungguhnya juga termasuk jalan menuju Riyaa yang sangat sulit Tuk dihindarikan. Bila kepentingan Akherat mengalahkan kepentingan Duniawi, berarti amalnya masih Bercampur dgn Riyaa. Namun, sebagian Ulama menyatakan kepentingan Akherat yg mengalahkan kepentingan Duniawi masih sama artinya pekerjaan yg melulu didorong oleh kepentingan duniawi, Artinya : amal tersebut tidak terma’afkan. Sebab termasuk Riyaa adalah melakukan amal tuk Alloh SWT tetapi masih dibarengi dengan tujuan-tujuan yg lain. Merasa Pekerjaan Duniawinya hanya Tuk Akhirat pun juga Selip Cacat Riyaa, Merasa Bekal Duniawinya Tuk Jalan Akhirat juga sama saja, Merasa sudah Seimbang antara Dunia dan Akhiratnya juga sama saja padahal Waktu Aktivitas Dunia sama Aktivitas Akhiratnya masih Banyakan Urusan Dunia, Padahal Otak Pikiran dan Semua Inderanya masih lebih BUANYAK disibukan Urusan Duniawi daripada disibukan Urusan Akhirat shg Nur Ilmu sulit Masuknya sebab Nur itu Halus [Lathif] ndak Bisa Tercampur oleh Bangsa Naar. Itulah Perbedaannya Wawasan dan Ilmu, lebih Dominan Mana?. Rasa Terasa Dirasa”
Maka itu,
“Murnikan Tujuan Amalmu hanya kepada Alloh SWT saja” dan Jangan sepelekan Masalah Riyaa ini dgn Mencampurkannya bersama Hasrat-hasrat nafsumu yg Masih Liar itu. Bila ndak segera diatasi, maka Siap-siap saja ; “Semua Amal Ibadah Apapun Jenisnya Kalian yg Merusaknya sendiri”, Inilah yg disebut Kalian yg Membangun lalu Kalian yg Merusaknya Sendiri Tanpa Kalian Sadari. Termasuk Riyaa juga Merasa Banyak Amal Ibadahnya karena Ia : “Menyandarkan Diri kpd Amal Ibadah Bukan Menyandarkan Diri kpd Alloh SWT”.
============================
Sahabat MURRI dimanapun Berada,
CONTOH KASUS :
“Pernahkah Perbuatan Ibadah Kalian Bersemangat karena didorong oleh kepentingan Ukhrowi dan Duniawi. Misalnya : Ketika Kalian Berkunjung kesuatu Ulama or Pejabat, Kalian ketika Sholat Sangat Menginginkan dishaf yg Paling Dekat dgn Mereka yg kebetulan Mereka juga Sholatnya di Masjid ketika itu, maka Ibadah Kalian itu sudah Cacat Riyaa sebab Tujuan Ibadahnya sudah Berbeda Ada Selip Cacat Tauhidnya. Apalagi sampai Berbangga Diri ketika Kalian Mampu dan Tercapai segala Hasrat KeinginanMu Ketika itu, sederhana sekali hanya karena Shaf Terdepan or hanya karena Ingin Dekat kpd Manusia dgn Tujuan spt itu Bukan Melihat Alloh SWT nya Lagi Kalian Beribadah Tetapi Kalian Beribadah ketika itu Malah Melihat Manusianya”.
“Pernahkah Kalian ketika Berjumpa dgn Ulama or Pejabat or pun semisalnya lalu ketika Pulang Kalian Bercerita sana-sini sambil Merasa Bangga Diri dan Bangga Hati, Coba Kalian Lihat Lebih dalam lagi Diri Kalian ketika itu apakah Ada Selip Riyaanya or Mulus dari Riyaa *_^ dgn Mengatakan Sesuatu Kebaikan [Ibadah] cuman sambil dibarengi Sifat Bangga Diri Apalagi Ucapan Kalian Kepingin ditanggapi oleh yg Lain maka Selip Cacat Riyaa didalamnya. Sampai-sampai Ada Acara Tabligh or Ta’lim or Dzikir Akbar or pun Seminar lainnya Kita masih Melihat Siapa Pembicaranya, ketika Tahu Si Fulan Kita Bersemangat tetapi Kalau yg Lain maka Apa yg Terjadi pada Diri Kita.?. Yap ndak Bersemangat or Kurang Antusias lagi, Inipun Tercampur Sifat Riyaa itu”.
“Pernahkah Kalian Ketika Ibadah Merasa Enak, padahal Sifat Aslinya Insan itu Adalah Berat ketika Beribadah Terkecuali Ibadah Berdasarkan Mood Kesukaannya [Tiap Insan Beda-beda], coba agar ditelusuri lagi Diri Kalian. Maka itu Jumhur Ulama Mengatakan Bahwa : “Mentauhidkan Niat adalah Wajib supaya Terhindar dari Sifat Riyaa ini karena Riyaa adalah Termasuk Syirik Khofi [samar]”.
“Termasuk juga ketika Kita Beribadah dgn Tujuan tuk Mendekatkan Diri kpd Alloh SWT maka Selip juga sebab Ada Cacat Riyaa didalamnya, Coba hal ini Kalian Telusuri lagi dimanakah Letak Riyaa Halusnya itu. Itulah Selip Cacat pada Tujuan Ibadah yg seharusnya Murni kpd Alloh SWT”.
Takala Sadar Diri :
“YAA ALLOH…. TERNYATA RUSAK KABEH AMAL DAN DIRI INI, AKU BERLINDUNG KEPADAMU YA ALLOH SWT DARI SEGALA SIFAT RIYAA DAN WARNA-WARNINYA. AKU BERTAUBAT KEPADAMU YA ALLOH DENGAN MENGUCAPKAN DUA KALIMAT SYAHADAT YANG TULUS IKHLAS : “ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLOH”.
"Hati-hati di Jalan sepanjang Perjalanan Diri dan Kehidupan ini dgn Eling lan Waspada selalu. Pernahkah Kalian Melihat Teman Kalian yg Memiliki Sifat Merasa ini dan itu, Bangga Diri, Selalu Pamer, Ingin dipuji, Dominan Riyaa pada Setiap Ucapan maupun Tingkah Lakunya, maka darinya lah Kalian Bisa Belajar Tuk Mengatasi Riyaa yg ada didalam Diri Kalian sampai Muncul Nur Ketulusan yg Beninggg & Kholish spt Air Jernih Tanpa Noda sedikit pun Jua, Itulah Namanya Tulus Ikhlas".
Komentar